MITOS
Mitos adalah satu cerita,
pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai
kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu,
yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Harry Lubis, 2009). Mitos, mungkin
sama tuanya dengan bahasa itu sendiri. Beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan
nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Namun, banyak mitos, yang
meluas salah satunya adalah mitos sekitar kehamilan dan melahirkan, yang
terbukti salah atau tidak efektif sesuai dengan kemajuan kedokteran dan
teknologi. Dijelaskan dalam laman Lesna Purnawan mengenai Wanita Hamil
Pranikah, 2009 bahwa Hamil adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio di
dalam tubuhnya. Kehamilan merupakan keadaan hamil, luasnya kehamilan merupakan
perubahan keadaan yang relatif baru, khususnya bagi wanita yang baru pertama
kali mengalaminya. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi
gerakan maupun aktivitas wanita tersebut sehari-hari (Brice Pitt, 1963). Mitos
kehamilan adalah satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang
dianggap mempunyai kebenaran yang isinya tentang anjuran maupun larangan
mengenai kehamilan yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu hingga sekarang
yang kebenarannya belum tentu benar adanya.
Setiap larangan, pantangan atau
anjuran, tetap harus ada alasannya. Apalagi zaman sekarang ini masalah
kehamilan dapat dikonsultasikan dengan dokter atau bidan. Teknologi dan dunia
kedokteran saat ini telah 2
berhasil membantu
para wanita hamil dalam berbagai hal, misalnya saja, melalui test ibu hamil
yang dapat memperkirakan jenis kelamin bayi yang dikandungnya. Dibalik semua
perkembangan teknologi tersebut, ternyata timbullah mitos-mitos yang salah
satunya adalah mitos kehamilan.
“Amit-amit jabang bayi”.
Kata-kata itu bermakna harapan agar janinnya kelak lahir dengan selamat, sehat,
dan tidak seperti hal buruk yang difikirkan. Hal-hal negatif memang adakalanya
secara langsung atau tidak berpengaruh pada proses kelahiran maupun diri janin.
Fenomena yang terjadi sampai saat ini tentang mitos kehamilan baik sadar maupun
tidak, banyak dijumpai di masyarakat karena masih kentalnya kebudayaan dan adat
yang berlaku di masyarakat berupa anjuran, pantangan atau aturan-aturan yang
diyakini oleh masyarakat ketika mengalami masa hamil. Sebagian masyarakat
bahkan ada yang mempercayai mitos-mitos tersebut yang beragam dari masa ke
masa. Bahkan keberadaannya bisa berbeda di setiap daerah.
Saat menjalani masa kehamilan.
Biasanya akan banyak mendapat nasehat dari kerabat, keluarga, teman dan juga
dari orang sekelilingnya, tentang apa yang boleh dan tidak boleh selama masa
kehamilan. Walaupun maksud dan tujuannya itu baik tetapi tidak semua dari
nasehat atau pantangan kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis
maupun ilmiah. Kebanyakan kenyataannya berdasarkan mitos atau kepercayaan
daripada kenyataannya. Oleh karena itu dibuat suatu media informasi yang dapat
mengklarifikasi tentang mitos kehamilan yang telah beredar di masyarakat,
sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dari adanya mitos tersebut. Agar
dapat mengetahui apa kebenarannya dan tidak hanya mengikuti sesuatu yang tidak
dketahui alasan dan kenyataannya.
MITOS DI
DAERAH JAWA BARAT
Di suatu masa, hiduplah seorang
putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi
Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari
Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia
selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki.
Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari
perkawinan tersebut. Maka, bahagialah sang raja.
Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi
raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara
datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari
istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan
membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding
Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis
sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap
berniat mewujudkan keinginannya itu.
Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi
Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang
dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh
dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu
imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah
Sang Ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan
gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan
dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus
berbuat apa.
Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi
sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya.
Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah
mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu
Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan
kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak
menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau
terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari
negeri itu.
Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa
tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang
memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya,
malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung
penderitaan..
Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan
sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya
bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau.
Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan
itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada
tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi
lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa
untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang
disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.
Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda
Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19),
seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang
pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.
Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun
jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko
Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida
mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai
selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada
pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di
dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.
Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri
Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan
seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan
utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk
membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan
pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya
muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu
Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan
sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan
istana Solo dan Yogyakarta.
Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai
Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi
pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua
terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi
anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang
paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan
selanjutnya.
Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta
Percayakah
anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu
Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba
tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton
Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita
Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari
polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang
memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng
Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah
Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti
apa yang terjalin di antara keduanya?
Y. Argo Twikromo dalam bukunya
berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas
tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup.
Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan
dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.
Sebagai sebuah hubungan
komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa
mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan
simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka
Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi,
penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan
inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa
tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan,
keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan
komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.
Menurut Twikromo, bagi raja Jawa
berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam
mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata),
Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk
mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul
ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah
upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan
Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut
perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan
sultan dan masyarakat Yogyakarta.
Kepercayaan terhadap Kanjeng
Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang
diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya
adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di
Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang
dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan
dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.
Penghayatan mitos Kanjeng Ratu
Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja,
tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu
buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai
Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.
Selain Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka,
Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa
Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama
Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga
kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta
dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti
halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk
penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan
tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan
setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang
penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul
untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara
gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.
Kepercayaan terhadap Ratu Kidul
ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar,
bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel,
Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin
bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang
perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini
adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden
Soekarno.
Sampai sekarang, di masa yang
sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu
Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda
membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa
mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa.
Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud
sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi.
Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.
Bagaimana dengan anda? Anda percaya?
Contoh
Mitos Yang beredar dalam masayarakat Indonesia
Jangan duduk di pintu, Karena entar
balik lamarannya.
Kalo nyapu yang bersih, biar dapet
istri cakep
Kalo makan di habiskan, soalnya kalo
tidak habis, ntar ayamnya pada mati.
Jangan bangun tidur siang-siang,
ntar rizkimu di patuk ayam
Jangan tidur sehabis sholat subur,
ntar kamu jadi bodoh
Jangan banyak makan tempe, ntar kamu
jadi tuli
Jangan pernah kencing di atas bara
api entar kencingnya ga ea ra (batu ginjal)
Jangan duduk di lawang depan pintu,
ntar nongtot jodoh (susah dpt jodoh)
Jangan makan sambil tidur, entar
kepalanya membesar karena makanan akan langsung dicerna oleh otak ga sampe ke
lambung.
Bagi Perempuan jangan tidur
tengkurap ntar susah dapet jodoh
Bagi anak kecil, jangan makan coklat
ntar giginya bolong.
Bagi seorang anak dilarang menolak
perintah orangtua, bilang ah..pun dilarang ntar dosa
Jangan ngintip orang lagi mandi ntar
bintitan
Jangan makan telor terlalu banyak
entar bisulan
Jangan begadang entar kesiangan
Jangan belagu entar digebugin ama
orang
Jangan kencing di kuburan ntar anu
mu tak tenang
Jangan duduk di atas bantal ntar
banyak utang
Jangan menggunting kuku di malam
hari ntar kukumu dimakan setan
Jika ingin nahan boker, ambillah
batu kerikil dan simpan di saku celanamu yang sebelah kanan, ingat yang sebelah
kanan! Karena klo di sebelah kiri justru akan semakin memperparah keadaan,
kotoran akan semakin terpacu untuk bergerak ea rah lubang anus.
Jangan pernah mengganti batu kerikil dengan batu
bata, karna kotoran justru akan berbalik arah yaitu : tidak lagi menuju ea rah
anus melainkan menuju mulut..
Daftar Pustaka : Kamus ilmiah.
kalau paz hamil pergi kepantai boleh g
BalasHapus